Beras Sisa Pengungsi Makin Berkutu
http://www.srinadifm.com/2018/03/beras-sisa-pengungsi-makin-berkutu.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali 20 ton beras sisa beras pengungsi erupsi Gunung Agung di Klungkung sampai sekarang belum ada yang memanfaatkan. Sudah 1,5 bulan, beras ini hanya tersimpan hingga beberapa bagian makin rusak, berkutu dan apek.
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Klungkung Ida Bagus Anom Adnyana, saat dikonfirmasi, mengaku mengenai sisa beras pengungsi tersebut, pihaknya sudah menghadap Sekda Klungkung Gde Putu Winastra. “Kami juga ingin agar beras ini tidak disimpan terlalu lama karena bisa rusak. Nanti akan dibahas lagi lebih lanjut dengan tim, nanti Pak Pjs Bupati yang akan memutuskan,” ujarnya, saat dihubungi NusaBali, Kamis (22/3).
Terkait kemungkinan beras itu apakah bisa dibagikan kepada pengungsi sebelumnya, Anom Adnyana, belum berani mengambil keputusan. Sebagaimana diketahui, 20 ton beras untuk pengungsi yang tersisa mulai bermasalah. Karena beberapa beras yang ditumpuk itu rusak, berkutu dan apek. Kondisi ini dipicu hujan. Beras ditempatkan di lapangan tenis GOR Swecapura, Desa Gelgel, Klungkung, ditutupi tenda berlapis terpal. Beras tersebut kini dititip sementara di Lapangan Tembak, Desa Paksebali, Dawan, Klungkung, sejak seminggu lalu. Selain beras, juga ada logistik 602 dus air mineral, 1.724 dus mie instan dan 4.150 liter minyak goreng, dan uang di bank sekitar Rp 300 juta.
Kalangan DRPD Klungkung meminta kepada pihak terkait agar segera mengambil keputusan untuk memanfaatkan beras ini. “Kalau hanya disimpan saja, kami khawatir rusak. Malah nanti tidak bisa dimanfaatkan,” ujar anggota DPRD Klungkung Sang Nyoman Putrayasa. Pihaknya meminta tim dari Pemkab Klungkung yang menangani masalah ini agar bergerak cepat.
Politisi PDIP asal Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini, menyarankan dari sisi kemanusiaan sebaiknya beras tersebut dibagikan langsung kepada warga Karangasem yang sempat mengungsi di Klungkung. Karena pasca mereka pulang kampung, setelah penurunan status Gunung Agung dari Awas menjadi Siga, Sabtu (10/2), tentunya perekonomian mereka masih masa pemulihan. “Data pengungsi itu kan masih ada, teknisnya bisa dibagikan lewat perantara bendesanya,” ujarnya. Kalau dari sisi aturan hal itu tidak bisa dilakukan, maka tetap harus dicari solusi secepatnya.
sumber : nusabali.com