RI Harus Terus Perjuangkan Minyak Kelapa Sawit di APEC
http://www.srinadifm.com/2013/10/ri-harus-terus-perjuangkan-minyak.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Anggota Dewan Penasihat Bisnis APEC, Anindya Novyan Bakrie, berharap Pemerintah Indonesia harus terus berjuang secara maksimal di forum kerjasama ekonomi se-Asia Pasifik itu untuk memasukkan produk agribisnis seperti kelapa sawit dan karet ke dalam daftar produk ramah lingkungan atau enviromental good list. Pasalnya kata Anin, kedua produk itu merupakan komoditi yang memberdayakan banyak orang di Indonesia.
Demikian ungkapan Anin yang ditemui media usai melakukan sesi awal pertemuan di forum APEC Business Advisory Council (ABAC), Rabu 2 Oktober 2013 di Resor Ayana, Nusa Dua, Bali. Anin menyebut posisi Indonesia yang saat ini menyandang sebagai ketua APEC seharusnya bisa memberi porsi lebih untuk melobi.
Anin menambahkan apabila Indonesia mampu dan berhasil memasukkan kedua komoditas itu, maka ke depan, bangsa ini akan lebih percaya diri. Selain itu dengan diakuinya kelapa sawit dan karet masuk ke dalam daftar itu, akan mengurangi rasa pesimitis publik.
Anin pun yakin, Pemerintahan Presiden SBY dan jajaran Menteri terus intensif melobi agar kedua produk itu bisa lolos.
Pemerintah Indonesia ingin menggunakan forum APEC ini agar mampu melobi agar komoditas kelapa sawit mentah dan karet dapat lolos masuk EG List. Dengan berhasil masuk ke dalam daftar itu, maka Indonesia akan mendapat tarif bea masuk yang rendah yakni lima persen apabila dijual ke negara-negara kawasan Asia Pasifik.
Dengan tarif yang masih tinggi, maka kerap membuat produk Indonesia dijual dengan harga yang tidak kompetitif.
Selama ini produk minyak kelapa sawit Indonesia masih dianggap memiliki emisi tinggi yakni 20 persen oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA). Hal ini sangat disayangkan, karena menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, total produksi CPO Indonesia tahun ini mencapai 28 juta ton.
Sementara volume ekspor CPO pada 2012 mencapai 18,2 juta ton, naik sebanyak 10,30 persen dari ekspor tahun 2011, seberat 16,5 juta ton.
Dikutip dari : Vivanews.co.id
Demikian ungkapan Anin yang ditemui media usai melakukan sesi awal pertemuan di forum APEC Business Advisory Council (ABAC), Rabu 2 Oktober 2013 di Resor Ayana, Nusa Dua, Bali. Anin menyebut posisi Indonesia yang saat ini menyandang sebagai ketua APEC seharusnya bisa memberi porsi lebih untuk melobi.
Anin menambahkan apabila Indonesia mampu dan berhasil memasukkan kedua komoditas itu, maka ke depan, bangsa ini akan lebih percaya diri. Selain itu dengan diakuinya kelapa sawit dan karet masuk ke dalam daftar itu, akan mengurangi rasa pesimitis publik.
Anin pun yakin, Pemerintahan Presiden SBY dan jajaran Menteri terus intensif melobi agar kedua produk itu bisa lolos.
Pemerintah Indonesia ingin menggunakan forum APEC ini agar mampu melobi agar komoditas kelapa sawit mentah dan karet dapat lolos masuk EG List. Dengan berhasil masuk ke dalam daftar itu, maka Indonesia akan mendapat tarif bea masuk yang rendah yakni lima persen apabila dijual ke negara-negara kawasan Asia Pasifik.
Dengan tarif yang masih tinggi, maka kerap membuat produk Indonesia dijual dengan harga yang tidak kompetitif.
Selama ini produk minyak kelapa sawit Indonesia masih dianggap memiliki emisi tinggi yakni 20 persen oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA). Hal ini sangat disayangkan, karena menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, total produksi CPO Indonesia tahun ini mencapai 28 juta ton.
Sementara volume ekspor CPO pada 2012 mencapai 18,2 juta ton, naik sebanyak 10,30 persen dari ekspor tahun 2011, seberat 16,5 juta ton.
Dikutip dari : Vivanews.co.id
