Maknai Hari Kartini, Bentara Budaya Bali Putar Film-film Bertema Perempuan Tangguh


Maknai Hari Kartini, Bentara Budaya Bali Putar Film-film Bertema Perempuan Tangguh

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Memaknai Hari Kartini, Sinema Bentara bulan ini menghadirkan film-film terpilih yang merujuk tajuk “Bukan Perempuan Biasa”.
Pemutaran film ini berlangsung pada Jumat (21/4/2017) dan Sabtu (22/4/2017), mulai pukul 17.00 WITA di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, By Pass Ketewel, GianyarBali.
Program ini didukung oleh Sinematek Indonesia, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Française de Bali, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien, UI Film Festival, serta Udayana Science Club. 
Sepanjang sejarah perfilman, tidak jarang kehadiran sosok perempuan hanya dianggap sekadar pemanis visual. Namun patut pula dicatat ada sejumlah sutradara justru menjadikan perempuan sebagai sosok sentral dengan karakteristik mendalam serta memiliki ‘ketangguhan’ yang melampaui peran lelaki.
Tajuk “Bukan Perempuan Biasa” berangkat dari sebuah judul sinetron yang kali pertama dilakoni bintang sohor Christine Hakim, memerankan sosok perempuan ulet dan gigih serta mandiri meski ditinggal oleh suaminya. Bukan Perempuan Biasa (1997) disutradarai oleh Jajang C. Noer dan skenarionya digarap oleh Arifin C. Noer.
Selaras tematik, kali ini ditampilkan sejumlah film lintas bangsa peraih berbagai penghargaan nasional dan internasional yang merefleksikan ketangguhan sosok perempuan di tengah kemelut hidup yang serba tidak mudah.
Tayang film kali ini pun terbilang istimewa, sebab salah satu film yang diputar pada program ini yakni “Pasir Berbisik (2001)” yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim.
Pada waktu hampir bersamaan, film yang juga dibintangi keduanya, berjudul “Kartini” baru saja dirilis di bioskop.
Selain itu, ditayangkan pula film-film lain di antaranya: Harti (Indonesia, 2016, Ridho Nvgroho), Marguerite (Prancis, 2015, Sutradara: Xavier Giannoli); Four Minutes (Jerman, 2006, Sutradara: Chris Kraus); dan La Ciociara (Italia, 1960, Sutradara: Vittorio De Sica).
Koordinator pemutaran film, Siswan Dewi, mengungkapkan bahwa suasana menonton film dibuat guyub, hangat, dan akrab dengan konsep Misbar atau nonton ala layar tancap.
Turut memeriahkan pemutaran film, tampil juga kelompok anak muda kreatif seperti Teater Biner yang akan membawakan musikalisasi puisi, Bryan Petreli, serta Aya & Laras BTMDG.
Sebagai bagian dari upaya transfer of knowledge bagi publik muda, program ini mengagendakan pula sebuah diskusi sinema bersama dosen jurusan Film dan Televisi ISI Denpasar, Desak Putu Yogi Antari Tirta Yasa, S.Sn.
Pada hari pertama Jumat (21/4/2017) akan tayang Marguerite, Harti dan Four Minutes.
Ber-setting di Paris pada tahun 1920-an, Marguerite Dumont merupakan seorang wanita paruh baya kaya raya yang memiliki krisis eksistensi diri.
Ia pecinta musik dan opera. Ia gemar bernyanyi untuk teman-temannya meskipun ia bukan penyanyi yang baik.
Suami dan teman-temanya selalu memuji dan menjaga mimpinya. Masalah mulai muncul saat ia memutuskan untuk tampil di panggung yang sesungguhnya. Film ini meraih penghargaan Nazareno Taddei Award pada Venice Film Festival 2015, nominasi Golden Lion pada Venice Film Festival 2015; Aktris Terbaik, Kostum Terbaik, Desain Produksi Terbaik, Musik Terbaik pada César Awards, Prancis 2016; Pemain Wanita Terbaik pada Lumiere Awards – Prancis 2016.
Film karya Ridho Nvgroho, Harti, juga turut hadir dalam program ini. Harti merupakan janda beranak satu. Suaminya telah meninggal dan mewariskan sebidang sawah. Harti berniat melanjutkan menggarap sawah tersebut guna menghidupinya beserta sang anak. Namun suatu saat Harti menemukan sebuah benda asing di tengah sawahnya. Sebuah benda yang terlihat remeh namun sebenarnya memiliki arti lebih. Film ini terpilih menjadi finalis pada UI Film Festival.
Sementara itu, tak kalah menarik yakni film Four Minutes dari Jerman di mana Traude Krueger bekerja sebagai pengajar piano di penjara khusus wanita. Sembari menyeleksi murid barunya, ia bertemu dengan Jenny Von Loeben. Ketika Traude memberitahu bahwa Jenny tak bisa mengikuti kelas musik karena tangannnya yang kasar dan sikapnya yang tak kooperatif, Jenny membuktikan kemampuannya.
Film ini meraih penghargaan Aktris Terbaik, Aktris Pendatang Baru Terbaik, Skenario Terbaik, dan Sutradara Terbaik pada Bavarian Film Awards 2006, Film Terbaik pada Shanghai International Film Festival 2006 dan Reykjavik International Film Festival 2006; Penampilan Terbaik untuk Pemeran Wanita pada German Film Awards 2007.
Sedangkan pada hari kedua Sabtu (22/4/2017) ditayangkan Pasir Berbisik dan La Ciociaria. Film Pasir Berbisik merupakan film Indonesia yang mengisahkan kehidupan seorang gadis bernama Daya (Dian Sastrowardoyo) tinggal bersama ibunya, Berlian (Christine Hakim) di daerah pesisir pantai berpasir hitam di sebuah kawasan terasing. Ayah Daya, Agus, pergi menghilang entah kemana saat Daya masih kecil.
Daya yang kesepian, sering membayangkan sosok ayahnya saat masih kecil dengan wayang-wayang yang biasa dimainkan ayahnya. Dalam keanehannya, Daya tumbuh sebagai gadis yang introvert, lugu dan polos memiliki kebiasaan yang aneh yaitu menempelkan telinganya di atas pasir, seolah pasir itu berbisik kepadanya.
Film ini meraih penghargaan Best Cinematography Award, Best Sound Award dan Jury’s Special Award For Most Promising Director untuk Festival Film Asia Pacific 2001; Festival Film Asiatique Deauville 2002 untuk Artis Wanita Terbaik; Festival Film Antarabangsa Singapura ke-15 untuk Artis Wanita Terbaik; Festival Film Indonesia 2004 meraih nominasi di 8 kategori: Film Terbaik, Aktris Terbaik (Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim), Aktor Pendukung Terbaik (Didi Petet dan Slamet Rahardjo), Aktris Pendukung Terbaik (Dessy Fitri), Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi), Tata Artistik Terbaik (Frans X.R. Paat), Tata Musik Terbaik (Thoersi Agreswara), dan Tata Suara Terbaik (Adimolana Machmud dan Hartanto).
Selanjutnya, La Ciociaria atau Two Women, berlatar di Italia, mengisahkan tentang cerita seorang wanita yang berusaha untuk melindungi putrinya dari kekejaman perang dunia kedua.
La Ciociara memenangkan Academy Award untuk Aktris Terbaik untuk Sophia Loren. Peristiwa tersebut merujukan pertama kalinya sebuah penghargaan Oscar kategori Aktris Terbaik diberikan untuk film berbahasa asing. Loren juga memenangkan penghargaan untuk Aktris Terbaik di Festival Film Cannes 1961 dan meraih 22 penghargaan internasional lainnya lewat film Two Women.
(Tribunnews)

Related

Seputar Bali 7965533176900227791

Post a Comment

emo-but-icon

item