Mengapa Setiap Rumah Tangga Perlu Waspada Soal Utang


Ilustrasi Utang

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Beberapa waktu lalu IMF memberikan alarm tentang utang rumah tangga negara-negara di dunia. IMF meminta setiap negara di dunia untuk memperhatikan data utang rumah tangga yang terus naik.

Dalam laporan Stabilitas Keuangan Global, Oktober 2017, IMF menemukan utang rumah tangga di negara-negara maju dan negara-negara berkembang terus meningkat setelah krisis keuangan global.

Median atau rata-rata rasio utang rumah tangga terhadap PDB di antara negara-negara berkembang meningkat dari 15 persen pada 2008 menjadi 21 persen pada 2016. Di antara negara-negara maju, rasionya meningkat dari 52 persen menjadi 63 persen selama periode yang sama.

IMF mengkhawatirkan, dalam jangka waktu tiga hingga lima tahun, utang rumah tangga yang terus naik akan menyebabkan terjadinya krisis perbankan.

Dalam jangka pendek, ketika rasio utang rumah tangga meningkat terhadap PDB, ekonomi akan tumbuh lebih cepat dan tingkat pengangguran akan turun. Kabar baiknya, saat ini, ancaman tersebut lebih terasa di negara-negara maju daripada di negara berkembang.

Di negara maju, utang rumah tangga maupun pasar kredit lebih tinggi dari negara berkembang.

Meskipun begitu, akhir-akhir ini godaan berutang bagi setiap rumah tangga di negara berkembang, termasuk Indonesia, sangat besar. Dengan kemudahan teknologi digital, pengajuan pinjaman dapat dilakukan sangat cepat, mudah, dan dengan nilai yang besar.

Meskipun peringatan ini tidak langsung ditujukan kepada warga Indonesia, namun peringatan bisa menjadi alarm bagi setiap rumah tangga untuk mengelola aset dan utang serta belanja dengan baik. Berikut ini 3 alasannya:

I. Godaan Pinjaman Online Sungguh Besar
Di Indonesia saat ini banyak sekali situs dan aplikasi teknologi finansial yang menawarkan pinjaman cepat.
Meski dengan bunga yang mahal, tawaran ini dikabarkan banyak diminati masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah berpenghasilan di atas Rp 10 juta per bulan yang membutuhkan bridging loan atau kredit talangan.
Tingginya permintaan kredit online yang cepat ini menyebabkan sebuah perusahaan Fintech hingga kehabisan dana untuk disalurkan sehingga harus menghentikan penawarannya.
Namun dengan keuntungan berlipat, bunga 1 persen per hari, perusahaan Fintech itu merayakan keberhasilannya dengan rapat kerja di luar negeri.
Kini banyak bermunculan Fintech yang menawarkan pinjaman yang beroperasi di sejumlah negara ASEAN.
Sebut saja sebuah aplikasi pinjaman online dengan inisial MM yang menawarkan bunga hingga 56% selama 28 hari.
Jika Anda meminjam Rp 1 juta, dalam 28 hari Anda harus mengembalikan sebesar Rp 1,56 juta. Luar biasa.
2. Jaga rasio aset dengan utang dan cicilan dengan penghasilan
Dalam mengelola keuangan rumah tangga, Anda harus terus mengukur dan mengealuasi utang Anda. Sebaiknya Anda menjaga rasio utang Anda terhadap total aset kurang dari 50 persen.
Jika total aset yang Anda miliki (rumah, mobil dan motor) sebesar Rp 500 juta, namun total utang Anda (KPR, utang cicilan mobil, dan utang lainnya) sebesar Rp 300 juta.

Ini berarti total utang Anda mencapai 60 persen. Ini sudah tidak sehat sehingga Anda harus mengurangi jumlah utang hingga rasionya 50 persen. Minimal Anda harus menahan diri dan mengetatkan ikat pinggang hingga salah satu utang lunas.

Rasio lainnya ialah rasion cicilan terhadap penghasilan. Sebaiknya Anda harus menjaga agar cicilan untuk membayar semua utang tidak lebih dari 30 persen - 35 persen. Sisa penghasilan Anda sebesar 65-70 persen akan Anda gunakan untuk membiayai kebutuhan bulanan dan menabung hingga investasi.

3. Kenali Utang Produktif
Meskipun Bukan berarti kita sama sekali tidak boleh berutang. Dalam pengelolaan utang rumah tangga, Anda harus mengenal utang produktif.
Upayakan agar utang yang Anda ambil, bisa memberikan Anda penghasilan dan manfaat. Itulah salah satu cara membuat utang Anda produktif, tidak sekadar konsumtif.
Dengan utang produktif Anda akan menambah asset secara perlahan. Namun pengelolaan utang produktif menuntut Anda untuk disiplin mengelola pemasukan dan belanja agar penghasilan yang dihasilkan tidak tergerus oleh belanja yang serampangan.

(Kompas.com)

Related

Berita Ekonomi 7782618379069561371

Post a Comment

emo-but-icon

item