Harga Minyak Dunia Tergelincir Karena Aksi Ambil Untung

Harga Minyak Dunia Tergelincir Karena Aksi Ambil Untung

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali    Harga minyak mentah dunia tergelincir pada perdagangan awal pekan, Senin (26/3), waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan harga dipicu oleh aksi ambil untung para pelaku pasar setelah menikmati reli pekan lalu. Namun demikian, kekhawatiran terhadap tensi Arab Saudi - Iran membatasi penurunan harga lebih jauh.

Dilansir dari Reuters Selasa (27/3), harga minyak mentah Brent merosot US$0,33 atau 0,5 persen menjadi US$70,12 per barel. Penurunan sebesar US$0,33 juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menjadi US$65,55 per barel.

Pekan lalu, harga Brent melejit 6,7 persen dan WTI terdongkrak 5,7 persen, kenaikan mingguan terkuat sejak Juli 2017.
"Saya tidak melihat sesuatu yang mengarah ke penurunan harga (bearish) yang luar biasa di pasar hari ini. Saya kira, beberapa pelaku pasar hanya senang mengambil keuntungan," tutur Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger di New York.

Yawger mengungkapkan sebagian besar harga saham perusahaan energi, khususnya kilang, meningkat meskipun harga minyak mentah dan produk berjangka tergelincir pada awal pekan ini. Sebagai catatan, indeks energi S&P naik lebih dari satu persen.

Sementara, pasar saham global tertekan ke level terendah dalam enam pekan terakhir menyusul laporan bahwa AS dan China akan mulai membicarakan masalah perdagangan, mengurangi kekhawatiran soal perang dagang. Analis sebelumnya khawatir bahwa perang dagang dapat menekan permintaan minyak mentah.


Presiden AS Donald Trump pekan lalu menandatangani memorandum yang dapat mengenakan tarif pada sekitar US$60 miliar impor dari China.

"Pasar (minyak) kembali tertarik setelah pekan lalu mendapatkan dorongan yang kuat. Saya pikir level harga US$70 per barel untuk Brent dan US$67 per barel untuk WTI mulai memicu kekhawatiran terhadap kenaikan produksi minyak AS," kata Manajer Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian di Stamford, Connecticut.

Jumlah kilang aktif yang beroperasi di AS mencapai 804 kilang pekan lalu atau tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bakal ada kenaikan produksi di masa mendatang.
"Dengan produksi minyak AS yang saat ini kemungkinan bakal mencapai 10,5 juta barel per hari (bph) dan produksi gas alam cair juga naik cukup kuat, ada potensi pertumbuhan pasokan minyak secara tahunan setidaknya bisa mencapai 2 juta bph selama musim panas," imbuh Analis JBC dalam laporannya.

Di sisi lain, harga minyak mendapatkan dukungan dari kenaikan tensi di Timur Tengah. Pasukan pertahanan Arab Saudi melumpuhkan peluru kendali balistik yang ditembakkan oleh sekutu Iran, pasukan militer Houthi Yaman pada Minggu lalu. Beberapa tembakan diarahkan ke ibu kota Arab Saudi Riyadh.

Di Asia, minyak mentah berjangka Shanghai memulai debut perdana cukup kuat dalam hal volume seiring pembelian investor dan pedagang komoditas terhadap instrumen keuangan perdagangan minyak dunia yang baru itu.
Jumat lalu, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) menyatakan manajer keuangan meningkatkan posisi beli bersih kontrak berjangka minyak mentah AS dan opsi pada pekan yang berakhir 20 Maret 2018 setelah memangkas taruhan terhadap kenaikan harga (bullish) selama dua pekan berturut-turut.






















sumber : CNNIndonesia.com

Related

Berita Ekonomi 8743006248065173675

Post a Comment

emo-but-icon

item