World Marketing Forum 2022: Sustainability dan Kemanusiaan jadi Kunci Sukses Pemasar Hadapi Tantangan Bisnis Jangka Panjang
Diskusi hybrid dalam World Marketing Forum 2022 bertema Sustainability dan Kemanusiaan jadi Kunci Sukses Pemasar Hadapi Tantangan Bisnis Jangka Panjang, Kamis (6/10/2022) (wmf/wlm) |
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Hari pertama World Marketing Forum 2022 disemarakkan dengan berbagai sesi diskusi yang menarik minat dan memikat perhatian para pesertanya.
Para tamu undangan yang hadir menyampaikan pandangan mereka akan pentingnya peran para pegiat pemasaran dalam menapaki lika liku permasalahan sosial dan lingkungan hidup yang menyelimuti kehidupan masyarakat dalam jangka panjang.
Dengan pemikiran yang tajam dan segar, seorang pemasar harus sanggup memanfaatkan ilmunya demi meraup peluang yang terbuka dalam membenahi isu-isu terkini.
Kotler mengimbau untuk selalu mengamati ragam tren yang sedang beredar di dunia. Terutama berharganya arti perdamaian ketika perang sedang berkecamuk di belahan bumi lainnya.
“Business is thriving when the world is at peace,” tandas Philip dalam rilis yang diterima barometerbali.com.
Kesempatan ini mendorongnya untuk mengajukan sebuah konsep yang memadukan dua elemen seperti profitability (keuntungan) dengan sustainability (keberlangsungan).
“Sustainable marketing is so important, and it is not just ordinary marketing. Every business should aim for sustainable growth. The two words, sustainability and profitability should be put into their core goals. If they can balance both of those, they will be more profitable as we realize the climate is changing. Sustainability costs money in the short run but increases competitiveness in the long run,” papar Philip.
Hal ini tentunya harus didorong dengan tujuan mulia yang mengutamakan manusia sebagai poros yang diacu oleh segala aktivitas pemasaran.
“Make sure your marketing is people centered. Make it H2H Marketing, human to human. Make the employee as the human being, with problem and skills. If you use machine in the future, make it work with us. Not replace us or against us,” kata Philip.
Dengan kalimat terakhir pada ungkapannya tersebut, beliau mengingatkan kita meskipun dengan segala kecanggihan teknologi yang ada, peran manusia tidak bisa dikesampingkan.
Nasihat Philip Kotler didengungkan oleh para peserta, seperti Jimmy Yogaswara (CEO Soca AI).
“Knowledge is the most powerful weapon which you can use to change the world. That’s the philosophy we believe in. Adopting AI and Metaverse is just the beginning to enhance the quality of human life and to build a better future,” ujar Jimmy.
Dengan demikian, acara ini diharapkan terukir di benak para peserta sebagai katalis bagi dunia pemasaran. Hal ini ditekankan oleh Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, yang dalam pidatonya Ia percaya pada salah satu dari 6 elemen Bali yaitu Jagat Kerthi atau keseimbangan antara manusia dengan manusia sebagai makhluk sosial.
Elemen ini menjadi renungan bagi pemasar yang kaitannya dengan kolaborasi atau kebutuhan sesama manusia. Liz Ortiguera selaku Chief Executive Officer of Pacific Asia Travel Association (PATA) menyampaikan “It is critical to engage local community businesses, leadership, and citizens in the planning for the development of the economy. We need to collaborate as a region and as a global community,” ujarnya.
Sementara itu, peran kemanusiaan dalam pemasaran tak lepas dari peran teknologi. Seperti kata Hermawan Kartajaya bahwa marketing is digital anyway.
“You can reach people by technology, but products cannot only be in customers’ hand, but also in their hearts.That’s why high touch is very important. Entrepreneurial Human to Human marketing combined with CIEL Marketing will be the future orientation,” beber Hermawan Kartajaya mengutip pernyataan Prutsanai “Patrick” Mahakkapong.
Di tengah inovasi teknologi yang tak henti bergulir, kekhawatiran manusia akan peran AI di masa depan mendorong Prof. Syed Ferhat Anwar untuk bicara soal Futuristic Humanism sebagai pendorong Industri 5.0.
“Every technology that has ever been created is all from nature, we need to invent technology to serve society better and of course ensure it has both business as well as social sustainability,” sebut Syed Ferhat.
Deretan narasumber yang hadir pada hari pertama World Marketing Forum telah sukses membuka pandangan para peserta soal dinamika pemasaran di level global, yang bukan lagi soal memenangkan persaingan antar korporasi saja, namun menjawab tantangan dan persoalan besar mengenai perubahan iklim, resolusi konflik yang berdampak pada ekonomi, hingga 16 elemen keberlanjutan yang tertuang dalam SDGs.
Forum ini mendorong para pemasar untuk melihat gambaran besar serta dinamika pemasaran dunia agar mampu menuangkan inovasi pemasaran yang lebih berdampak dalam jangka panjang.
Sumber : Barometer Bali