Pariwisata Bali Didorong Transaksi Non Tunai
http://www.srinadifm.com/2017/07/pariwisata-bali-didorong-transaksi-non.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Untuk efisiensi dan kemudahan, objek pariwisata di Bali beserta para pelakunya diharapkan mulai memanfaatkan transaksi pembayaran nontunai.
Deputi Direktur Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Azka Subhan mengharapkan sejumlah objek wisata di Pulau Bali dapat mengadopsi sistem pembayaran nontunai. Diharapkan objek wisata tersebut memasang peralatan seperti gerbang tol otomatis (GTO) yang terpasang di jalan tol.
“Sebenarnya sektor apapun itu semakin banyak nontunai akan terjadi efisiensi. Kami sebagai mediator, karena itu harus gandeng pemprov, dinas pariwisata, dan dinas pariwisata untuk menerapkan sistem ini,” papar Azka dalam dalam diskusi ‘Transaksi Nontunai Meningkatkan Efisiensi Pariwisata’ di Denpasar, Jumat (28/7).
Diungkap olehnya, upaya mendorong pemda menerapkan transaksi nontunai sudah dilakukan Bank Indonesia sejak dua tahun lalu dengan menggandeng Pemkot Denpasar agar menerapkan sistem pembayaran ini di ibukota Bali. Hanya saja, jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, penerapannya belum sesuai harapan. Azka menilai transaksi nontunai ini akan lebih efektif apabila ada paksaan dari pemerintah setempat. “Survei kami 70 persen, sistem ini bermanfaat tetapi implementasi tidak semulus dan semudah yang diharapkan. Sering kita setuju tapi tidak dilaksanakan karena memang perlu sosialisasi dan pemahaman lebih baik lagi,” tekannya.
Menanggapi ajakan BI, Bank Mandiri Regional XI Bali Nusra menyatakan kesiapannya untuk mendukung program pemerintah menerapkan transaksi nontunai di sejumlah objek wisata di Pulau Bali guna meningkatkan efisiensi. Regional Transaction & Consumer Banking Head Bank Mandiri Regional XI Bali dan Nusra Endra Wahyudi mengatakan selama ini pihaknya sudah mendukung transaksi nontunai di bisnis hotel restoran dan kafe (horeka), tetapi ke depan akan merambah sejumlah objek wisata. “Ke depan tentu saja siap dan pastinya harus siap. Hanya saja untuk objek pariwisata kami harus sesuaikan dengan pemda setempat,” tuturnya.
Hendra menuturkan kebiasaan masyarakat pada saat ini sudah banyak berubah. Dia mencontohan jika dulunya ketika seseorang mengantre di bank sambil menonton televisi yang disediakan, saat ini kebanyakan sambil melihat gawai mereka. Kondisi tersebut menyebabkan infrastruktur yang harus disediakan oleh pihak bank adalah layanan internet nirkabel. Hal itu berjalan lurus dengan peningkatan jumlah gawai yang dimiliki masyarakat, sehingga perbankan pun wajib bertransformasi menyediakan produk digitalisasi yang mendukung kebutuhan konsumen.
Dia mengakui sudah ada sejumlah objek wisata bekerja sama dengan bank BUMN ini mengadopsi transaksi nontunai . Namun, diakuinya jumlahnya masih terbatas sehingga masih banyak belum menerapkan sistem pembayaran baik menggunakan kartu kredit, kartu debit maupun uang elektronik. Hendra menyatakan pihaknya menyambut positif apabila ada objek wisata meminta Bank Mandiri membantu infrastruktur transaksi nontunai, karena juga akan membantu bank dibandingkan harus membangun mesin ATM.
Berdasarkan data Bank Mandiri, frekuensi transaksi nontunai menggunakan kartu e-money pada periode Januari-Juni mencapai 221,1 juta transaksi tumbuh 33,1 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Adapun nilai transaksinya sepanjang periode itu mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 53,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp1,66 triliun. Total jumlah kartu berlogo e-money yang telah diterbitkan Bank Mandiri sebanyak 9,6 juta kartu di seluruh Indonesia.
Sementara itu Ketua Aprindo Bali Gusti Ketut Sumardayasa menilai transaksi nontunai terbukti produktivitas pelaku usaha. Dia mencontohkan untuk di usaha ritel, pemanfaatan transaksi nontunai akan menghemat biaya pengiriman uang, dan yang utama mengefektifkan bagi perusahaan untuk bertransaksi hingga mengurangi ancaman kriminalitas. Hanya saja di sejumlah anggota Aprindo Bali, total transaksi nontunainya masih sekitar 30 persen dari keseluruhan transaksi.
“Transaksi lebih singkat, buat sederhana dan bagusnya lagi tidak perlu cari uang kecil. Misalnya transfer e-banking dari Lombok ke sini akan mudah dibandingkan dengan misalnya duit dari sana harus diantar ke sini,” paparnya.
Menurutnya, transaksi nontunai ini harus terus didorong oleh semua pihak baik perbankan hingga pemerintah daerah dan masyarakat di Bali. Pasalnya, transaksi model ini akan dapat membantu sejumlah pengelola objek wisata meningkatkan pendapatan mereka yang jika mengandalkan pembayaran tunai rentan dari tindakan kriminalitas. Selain itu, pemanfaatan pembayaran ini akan dapat membantu mendata pelanggan, karena setiap transaksi dapat terekam secara otomatis sehingga sangat valid. Dengan demikian, potensi kecurangan jika membayar secara tunai sangat bisa dihindarkan. Sumardaya mendorong objek wisata seperti Tanah Lot menerapkan sistem ini.
“Sebenarnya sektor apapun itu semakin banyak nontunai akan terjadi efisiensi. Kami sebagai mediator, karena itu harus gandeng pemprov, dinas pariwisata, dan dinas pariwisata untuk menerapkan sistem ini,” papar Azka dalam dalam diskusi ‘Transaksi Nontunai Meningkatkan Efisiensi Pariwisata’ di Denpasar, Jumat (28/7).
Diungkap olehnya, upaya mendorong pemda menerapkan transaksi nontunai sudah dilakukan Bank Indonesia sejak dua tahun lalu dengan menggandeng Pemkot Denpasar agar menerapkan sistem pembayaran ini di ibukota Bali. Hanya saja, jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, penerapannya belum sesuai harapan. Azka menilai transaksi nontunai ini akan lebih efektif apabila ada paksaan dari pemerintah setempat. “Survei kami 70 persen, sistem ini bermanfaat tetapi implementasi tidak semulus dan semudah yang diharapkan. Sering kita setuju tapi tidak dilaksanakan karena memang perlu sosialisasi dan pemahaman lebih baik lagi,” tekannya.
Menanggapi ajakan BI, Bank Mandiri Regional XI Bali Nusra menyatakan kesiapannya untuk mendukung program pemerintah menerapkan transaksi nontunai di sejumlah objek wisata di Pulau Bali guna meningkatkan efisiensi. Regional Transaction & Consumer Banking Head Bank Mandiri Regional XI Bali dan Nusra Endra Wahyudi mengatakan selama ini pihaknya sudah mendukung transaksi nontunai di bisnis hotel restoran dan kafe (horeka), tetapi ke depan akan merambah sejumlah objek wisata. “Ke depan tentu saja siap dan pastinya harus siap. Hanya saja untuk objek pariwisata kami harus sesuaikan dengan pemda setempat,” tuturnya.
Hendra menuturkan kebiasaan masyarakat pada saat ini sudah banyak berubah. Dia mencontohan jika dulunya ketika seseorang mengantre di bank sambil menonton televisi yang disediakan, saat ini kebanyakan sambil melihat gawai mereka. Kondisi tersebut menyebabkan infrastruktur yang harus disediakan oleh pihak bank adalah layanan internet nirkabel. Hal itu berjalan lurus dengan peningkatan jumlah gawai yang dimiliki masyarakat, sehingga perbankan pun wajib bertransformasi menyediakan produk digitalisasi yang mendukung kebutuhan konsumen.
Dia mengakui sudah ada sejumlah objek wisata bekerja sama dengan bank BUMN ini mengadopsi transaksi nontunai . Namun, diakuinya jumlahnya masih terbatas sehingga masih banyak belum menerapkan sistem pembayaran baik menggunakan kartu kredit, kartu debit maupun uang elektronik. Hendra menyatakan pihaknya menyambut positif apabila ada objek wisata meminta Bank Mandiri membantu infrastruktur transaksi nontunai, karena juga akan membantu bank dibandingkan harus membangun mesin ATM.
Berdasarkan data Bank Mandiri, frekuensi transaksi nontunai menggunakan kartu e-money pada periode Januari-Juni mencapai 221,1 juta transaksi tumbuh 33,1 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Adapun nilai transaksinya sepanjang periode itu mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 53,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp1,66 triliun. Total jumlah kartu berlogo e-money yang telah diterbitkan Bank Mandiri sebanyak 9,6 juta kartu di seluruh Indonesia.
Sementara itu Ketua Aprindo Bali Gusti Ketut Sumardayasa menilai transaksi nontunai terbukti produktivitas pelaku usaha. Dia mencontohkan untuk di usaha ritel, pemanfaatan transaksi nontunai akan menghemat biaya pengiriman uang, dan yang utama mengefektifkan bagi perusahaan untuk bertransaksi hingga mengurangi ancaman kriminalitas. Hanya saja di sejumlah anggota Aprindo Bali, total transaksi nontunainya masih sekitar 30 persen dari keseluruhan transaksi.
“Transaksi lebih singkat, buat sederhana dan bagusnya lagi tidak perlu cari uang kecil. Misalnya transfer e-banking dari Lombok ke sini akan mudah dibandingkan dengan misalnya duit dari sana harus diantar ke sini,” paparnya.
Menurutnya, transaksi nontunai ini harus terus didorong oleh semua pihak baik perbankan hingga pemerintah daerah dan masyarakat di Bali. Pasalnya, transaksi model ini akan dapat membantu sejumlah pengelola objek wisata meningkatkan pendapatan mereka yang jika mengandalkan pembayaran tunai rentan dari tindakan kriminalitas. Selain itu, pemanfaatan pembayaran ini akan dapat membantu mendata pelanggan, karena setiap transaksi dapat terekam secara otomatis sehingga sangat valid. Dengan demikian, potensi kecurangan jika membayar secara tunai sangat bisa dihindarkan. Sumardaya mendorong objek wisata seperti Tanah Lot menerapkan sistem ini.
(NusaBali)