Piodalan Pura Kiduling Kereteg Tetap Digelar Saat Erupsi Gunung Agung, Bertepatan Purnama


Piodalan Pura Kiduling Kereteg Tetap Digelar Saat Erupsi Gunung Agung, Bertepatan Purnama

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Upacara Aci Penyeheb Brahma di Pura Kiduling Kereteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali tetap digelar walau kondisi Gunung Agung terus mengalami erupsi dan berstatus Awas. Bagaimana prosesinya?

Sejumlah palinggih tampak diselimuti dengan kain merah di jeroan Pura Kiduling Kereteg, yang letaknya bersebelahan dengan Pura Besakih.
Tedung berwarna merah juga terpasang rapi.
Minggu (3/12/2017) besok atau bertepatan Purnama Kenam di pura ini akan digelar upacara Aci Penyeheb Brahma.
Sulinggih, prajuru, dan krama Desa Besakih pun sudah mempersiapkan ritual tersebut.
Wilayah Besakih termasuk zona berbahaya erupsi Gunung Agung.
Kawasan suci ini berada di radius 6 kilometer dari kawah gunung tertinggi di Bali tersebut.   
Mengingat kondisi tersebut, Bendesa Besakih, Jro Mangku Widiarta, mengatakan, upacara digelar tidak seperti biasanya.
Upacara yang biasanya dilaksanakan tiga hari, kini hanya digelar sehari.
Prosesi nedunan Ida Bhatara Brahma akan digabung pada hari puncak sekaligus. Untuk panganyar ditiadakan.
"Biasanya upacara berlangsung tiga hari. Sekarang kemungkinan satu hari lantaran Gunung Agung alami erupsi. Ini sudah kesepakatan prajuru desa, dan sulinggih. Proses nedunan yang biasanya digelar sehari sebelum acara puncak, kini digabung. Ini demi keselamatan kita semua," kata Jro Mangku.
Persiapan upacara Aci Penyeheb Brahma di Pura Kiduling Kereteg hampir 90 persen.
Sarana dan prasarana dipersiapkan di geria.
Prosesi mapepada walungan untuk sementara tidak digelar.
Walaupun tak digelar, tapi tak mempengaruhi makna, serta substansi upacara Aci Penyeneb Brahma ini.
"Acara ini kemungkinan hanya diikuti krama sekitar, dan pejabat pemerintah daerah. Seandainya ada krama yang ikut upacara, kita tidak melarang. Prajuru desa akan mempersilahkan," tambah Jro Mangku.
Tujuan upacara Aci Penyeheb Brahma, kata Jro Mangku, yakni memohon agar api di perut bumi memberi energi keseimbangan sesuai kebutuhan makhluk hidup.
Sehingga kondisi alam seimbang dan terus memberi kedamaian, dan kenyamanan kepada makhluk hidup di muka bumi ini.
Aci ini juga bertujuan untuk memohon kepada Tuhan dalam manifestasi sebagai Dewa Brahma, agar panas di perut bumi atau yang disebut karma agni berekstensi teratur.
Sesuai dengan kebutuhan tumbuhan.
Krama juga mohon agar panas bumi bisa terserap secara teratur sesuai hukum alam.
"Melalui upacara ini nantinya bumi menjadi subur. Masyarakat bisa menjaga dan melestarikan alam yang telah ditentukan sehingga perputaran alam seimbang, seperti yang diinginkan. Upacara ini juga berkaitan dengan kondisi Gunung Agung," imbuhnya.
Upacara ini digelar karena ada dorongan spiritual dari krama desa.
Bagaimana masyarakat termotivasi kuat ikut serta untuk menjaga alam sehingga tetap lestari.
Keseimbangan alam harus dipertahankan, dengan harapan tidak ada bencana yang terjadi di negeri ini. 
(TribunNews)

Related

Seputar Bali 3420390930738381030

Post a Comment

emo-but-icon

item