Di Inggris, Orangtua Telat Jemput Anak Sekolah Bisa Kena Denda


Sejumlah orang tua di sekolah Tiverton Birmingham, Inggris, usai menjemput anak mereka.

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - MENGANTAR dan menjemput anak sekolah adalah hal yang amat penting di Inggris. Hal ini menjadi tanggung jawab besar para orangtua karena menyangkut keamanan dan keselamatan siswa.

Orangtua yang telat menjemput anaknya hingga lebih dari 30 menit didenda 60 pound atau sekitar Rp 1 juta. Orangtua yang menolak bayar denda dapat dituntut ke pengadilan, bahkan diancam penjara.

Aturan ini sejatinya diperkenalkan sejak 2015 oleh beberapa pemerintah kota di Inggris, antara lain West Midlands, Hampshire dan Essex. Kini mulai banyak sekolah yang menerapkannya.

Bulan lalu, sebuah sekolah di wilayah Oldham Manchester menjadi perbincangan para orangtua siswa di Inggris. Sebab, sekolah tersebut mengenakan denda 1 pound (kira-kira Rp 18.000) per 1 menit keterlambatan menjemput siswa. Wow!
Kewajiban orangtua mengantar dan menjemput putra-putri mereka berlaku bagi siswa nursery (Kelompok Bermain) hingga Years 6 atau setara kelas 6 sekolah dasar.

Di atas jenjang tersebut, para siswa boleh berangkat dan pulang sekolah tanpa didampingi orangtua. Sekolah dimulai pukul 09.00, dan selesai hingga pukul 15.00.

Tiverton School, sekolah anak saya yang terletak di Birmingham, juga menerapkan denda serupa. Bila orangtua telat menjemput anak lebih dari 30 menit maka kami harus membayar denda.

Bahkan, apabila kami tiga kali telat menjemput, sekolah akan melaporkan kepada City Council (Dinas Pendidikan). Lantas, mereka akan mengirimkan petugas sosial ke rumah untuk memberikan penyuluhan parenting. Sebab, anak kami akan dianggap left behind children atau anak yang memiliki masalah sosial.

Untungnya, selama lebih dari satu tahun menyekolahkan kedua anak, saya dan istri belum pernah telat menjemput lebih dari 30 menit. Sebagai sekolah dengan predikat Outstanding dari OFSTED (semacam Badan Akreditasi Sekolah), Tiverton amat tegas soal antar-jemput siswa.

Hal ini sudah ditegaskan pengelola sekolah sejak awal pendaftaran. Apabila kedua orangtua bekerja dan tak dapat mengantar dan menjemput anak setiap hari, mereka dapat mewakilkannya kepada kerabat atau orang lain, dan mereka harus menyerahkan data orang tersebut kepada sekolah.

Kata sandi
Bagaimana bila suatu hari orangtua tidak dapat menjemput anaknya? Apalagi, banyak orangtua siswa di Tiverton merupakan mahasiswa di University of Birmingham yang mendadak harus menemui dosennya.

Bila tiba-tiba kita tidak dapat menjemput anak, orangtua harus menelepon sekolah dan memberikan nama orang yang akan menjemput, misalnya teman kuliah kita. Sekolah akan memberikan password atau kata sandi yang akan ditanyakan oleh guru kepada orang yang menjemput putra-putri kita.
Saya pernah dua kali menjemput anak seorang kawan ketika ia mendadak harus bertemu dosennya. Celakanya, ia lupa mengabarkan sekolah bahwa saya yang akan menjemput putranya.

Meskipun putranya satu kelas dengan putri saya, dan saya pun kenal baik dengan gurunya, tetap saja tidak mudah menjemput anak sahabat. Sekolah tetap tidak mengizinkan saya menjemput anak tersebut karena sekolah tidak mendapat kabar apa pun dari orangtuanya.

Saya sempat heran saat itu. Bayangkan, gurunya mengenal saya sebagai orangtua murid di kelasnya. Anak yang akan saya jemput pun sesama anak dari orang Indonesia. Namun, sekolah tetap tidak memberikan izin.
Saat mengalami kejadian tersebut, saya tidak kesal, tetapi justru kagum dengan sekolah. Mereka benar-benar berusaha memastikan keamanan dan keselamatan peserta didik mereka. Sekolah tidak mudah melepas murid meskipun kepada orang yang sudah dikenal.
Untungnya, kawan saya tidak didenda karena bukan dikategorikan telat menjemput anak.
Bagaimana ya respons orangtua jika sekolah-sekolah memberlakukan denda seperti ini di Indonesia?

(Kompas.com)

Related

Dunia 1808552077533614150

Post a Comment

emo-but-icon

item