6 Tips Putus 'Tanpa Drama'

6 Tips Putus 'Tanpa Drama'

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali    Mengakhiri hubungan alias putus jarang dilalui tanpa sakit hati. Bahkan menurut sebuah studi, putus hubungan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan mental. Dilansir dari Huffington Post, sebuah survei belum lama ini dilakukan pada seribu remaja-dewasa berusia 16-24 tahun. 

Temuannya mengejutkan. Sebanyak 48 persen mengalami gangguan kesehatan mental pasca putus. Dari studi ini pun ditemukan mereka kesulitan menemukan cara untuk mengakhiri hubungan. Sebanyak 62 persen ingin mengakhiri hubungan tapi merasa tidak mampu. 

Melihat hal ini, situs Status Online menggandeng organisasi Relate dan Tavistock Relationships untuk mengeluarkan enam tips mengakhiri hubungan tanpa 'drama' dan meminimalisir sakit hati. 
1. Kenali tandanya

Sebenarnya tipa orang bisa tahu bahwa hubungannya sedang tidak sehat. Bertengkar itu hal biasa, tapi ada rasanya orang jadi berargumen lebih banyak. Pertanda lainnya, orang tak bisa jadi diri sendiri saat bersama pasangan atau sulit mempercayai pasangan. 

Jika terjadi kekerasan dalam hubungan, sebaiknya menghubungi pihak berwajib atau organisasi tertentu yang bisa membuat orang merasa aman. Perselingkuhan tak selalu jadi penyebab putus. 

"Jika pasangan berselingkuh ini kadang jadi tanda ada masalah dalam hubungan yang perlu diselesaikan. Jika anda berdua ingin melanjutkan hubungan dan memiliki dukungan ini memungkinkan untuk membangun kembali kepercayaan," kata Dee Holmes, konselor dari Relate, dikutip dari Huffington Post (30/4). 

2. Pilih waktu yang tepat

Mmebicarakan soal putus jadi hal yang mengejutkan dalam hubungan. Namun orang perlu jujur, langsung tapi tetap ada rasa menghargai dan disampaikan dengan baik. Pilih waktu yang tepat saat sama-sama sedang tenang dan jauh dari gangguan agar terhindar dari bahasa yang berbelit-belit. 

Mulai pembicaraan dengan apa yang dirasakan semisal, "Saya merasa tidak nyaman dengan hubungan kita."

"Pikirkan bagaimana anda ingin diberitahu jika seseorang ingin putus dengan anda," saran Sarah Abell dari statusonline.org. 

3. Katakan apa yang dirasakan

Biasanya kala meminta putus, orang memilih untuk jadi pihak yang perlu disalahkan. Merendah itu perlu, tapi sebaiknya tetap katakan apa yang dirasakan misalnya dengan, "Saya tidak merasakan hubungan yang cukup kuat di antara kita."

Terapis hubungan Kate Thomson dari Tavistock Relationships mengatakan bahwa pasangan bisa saja sama emosionalnya. Perlu waktu buat dia untuk menangkap apa yang dikatakan. 

"Coba untuk menghadapi kesulitan daripada menyipannya dan akhirnya menyebabkan ledakan dengan frustasi dan kemarahan. Jika anda dapat mengerti dan mengatakan dengan emosi yagn lebih stabil, ini mungkin bisa membuat putus dengan lebih sedikit badai," ujarnya. 
4. Bicara empat mata

Ada situasi yang membuat orang mengakhiri hubungan dengan teks atau pesan singkat, misalnya karena hubungan belum lama, dia tidak tinggal di kota yang sama atau mencoba mengakhiri hubungan dengan kekerasan. 

Akan tetapi, bicara empat mata bakal lebih efektif. Pesan singkat hanya akan menimbulkan kesalahpahaman dan salah interpretasi. 

"Aturan emasnya adalah memperlakukan orang seperti anda ingin diperlakukan. Jadilah baik dan berani dan jangan bersembunyi di balik layar," kata Sarah. 

5. Lindungi diri dari kepahitan dan 'revenge porn'

Pikir dua kali untuk membagikan foto atau video yang bersifat pribadi. 'Revenge porn' adalah tindakan kriminal yang dilakukan mantan dengan menyebarkan foto atau video keintiman saat masih bersama maupun bersifat pribadi. Jika ini terjadi segera lapor polisi. 

Hati-hati jika mengunggah konten di media sosial, karena hal yang menurut orang biasa saja bisa membuat mantan tidak senang. 

"Putus dalam kondisi anda berdua mengakui bagian yang haris dimainkan dalam hubungan dan bagaimana mengakhirinya, berbagi kehilangan. Itu akan mengeliminasi niat balas dendam dan ide bahwa salah satu bahagia adalah salah," imbuh Kate. 

6. Mau berteman dengan mantan? Pikirkan baik-baik

Ada mantan pasangan atau pacar yang kemudian menjadi teman. Prosesnya tidak mudah karena masing-masing perlu ruang dan waktu untuk 'menyembuhkan diri'. Jujur soal hubungan yang baru dan yang perlu diingat adalah harus baik pada satu sama lain. 

Tanya pada diri sendiri, apa perlu tetap berteman dengannya. Pikirkan positif negatifnya. 

"Coba untuk tenang dan logis dan jangan berpikir berlebihan. Jika putus berarti memutus kepemilikan, tanya pada diri sendiri jika ini lebih baik daripada tetap bersama," kata Dee.
























sumber : CNNindonesia.com

Related

Gaya Hidup 5517356191019682564

Post a Comment

emo-but-icon

item