Bikin Bangga, ini 4 Pernyataan Ketua BEM UGM Atiatul Muqtadir di ILC

Ketua BEM UI, ITB, dan UGMSrinadi 99,7 FM | Radio Bali - Program ILC yang bertajuk Kontroversi RKUHP pada Selasa malam, 25 September 2019, melahirkan idola baru di kalangan anak muda, yakni para ketua BEM sejumlah universitas ternama di Indonesia. Mereka adalah Ketua BEM UGM, M Atiatul Muqtadir, Ketua BEM UI, Manik Marganamahendra, dan Ketua BEM ITB, Royyan A. Dzakiy.

Ketiga mahasiswa itu dengan jelas dan lugas menyampaikan aspirasi mereka di hadapan wakil rakyat dan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, yang hadir di acara ILC semalam. Mereka juga tampak tenang ketika membantah sejumlah pernyataan Menteri terkait RKUHP dan aksi mahasiswa yang terjadi beberapa hari belakangan.
Penampilan Ketua BEM UGM, UI, dan ITB di ILC tvOne pun jadi sorotan warganet. Manik dan kawan-kawan sontak jadi trending topic di Twitter sejak Selasa malam, bahkan masih bertahan pada Rabu pagi, 25 September 2019, ketika berita ini ditulis.
Sejumlah pernyataan para ketua BEM tersebut pun jadi highlight, berikut beberapa di antaranya.
Fatur, Ketua BEM UGM, menjelaskan keinginan mahasiswa agar DPR bukan hanya menunda pembahasan sejumlah RUU yang kontroversial, tapi juga melibatkan akademisi dan masyarakat. 
"Tunda itu kan bahasa politisnya, saat paripurna itu adanya tolak atau terima, enggak ada tunda. Apalagi kalau kita baca beritanya, ditunda lalu tiba-tiba ada statement, 'Ya kan kita masih punya masa waktu paripurna sampai 30 September.' Loh, padahal mahasiswa bukan pengin ditunda, mahasiswa ingin tolak," kata Fatur.
Kejanggalan dalam dikebutnya pembahasan RUU
Dia juga mempertanyakan alasan di balik pembahasan RUU yang terkesan tergesa-gesa ini.
"RUU yang dibahas secara tergesa-gesa, dikebut di akhir periode ini adalah sebuah kejanggalan. Dan dalam membaca kejanggalan itu, hanya ada dua alasan. Pertama ketidaktahuan atau bahasa halusnya kebodohan atau ada kepentingan. Pertanyaannya, ini apa sih kepentingan dari anggota dewan dan elit politik hari ini?"
Indonesia sedang tidak baik-baik saja
Para mahasiswa ini meminta agar pemerintah tidak memandang gerakan yang terjadi di berbagai daerah ini sebagai hal yang biasa saja. "Itu adalah kegelisahan publik, bahwasanya hari ini negara kita tidak baik-baik saja dan tidak dikelola dengan prinsip-prinsip yang demokratis," ujar Ketua BEM UGM tersebut.
Bantah Tudingan Ditunggangi
Menteri Yasonna mengklaim punya bukti bahwa aksi mahasiswa di sejumlah daerah ditunggangi dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. 
Ketua BEM UGM, Atiatul Muqtadir, dengan tegas membantah hal tersebut. "Pemerintah sering sekali melihat pola-pola, gerakan, bahwasanya ketika muncul, ramai, tidak normal gerakannya. Dituduh ditunggangi dan sebagainya. Saya ingin katakan, gerakan kita independen dan kenapa sih tidak melihat gelombang-gelombang massa yang besar ini bukan gerakan yang enggak normal, tapi mungkin ini cara menjalankan pemerintahannya yang enggak normal," tegas pria yang akrab disapa Fathur tersebut.
Ketua BEM UI, Manik Marganamahendra juga menambahkan, "Saya rasa publik bisa menilai, mana gerakan massa yang organik, mana gerakan massa yang diarahkan dengan uang."


Related

Indonesia 2137657088528936326

Post a Comment

emo-but-icon

item