Indahnya Toleransi di Puja Mandala saat Jumat Agung di Bulan Ramadan

Suasana Perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa di Jalan Kuruk Setra Kompleks Puja Mandala Nusa Dua, Bali pada Jumat (7/4/2023) pagi. -RIKHA SETYA

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Keindahan keberagaman toleransi antar umat ditunjukkan di Kompleks Puja Mandala Nusa Dua, Bali pada Jumat (7/4/2023) pagi. Hari Jumat yang menjadi waktu salat Jumat bagi kaum muslimin di bulan Ramadan ini, bersamaan dengan Jumat Agung yang dirayakan umat Kristiani. 

Mekanisme pengaturan waktu pun dilakukan agar ibadah tidak dilaksanakan pada jam yang sama. Sebagaimana diketahui setiap Jumat siang, ribuan umat muslim melaksanakan salat Jumat di Masjid Agung Ibnu Batutah.Sedangka pada malam hari sekitar pukul 19.30 Wita melangsungkan ibadah salat taraweh di bulan Ramadan.

Pastor Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Romo Adianto Paulus Harun menerangkan gelaran Jumat Agung dan Hari Paskah tahun ini sangat berbeda dari sebelumnya, sebab bertepatan dengan Bulan Suci Ramadan. Sehingga dalam hal ini, pihaknya selalu bersinergi dan berkoordinasi dengan umat lainnya agar perayaan tersebut tidak saling mengganggu satu sama lain.

Perayaan Jumat Agung pun, kata Romo Adianto sengaja digelar pada pagi hari yaitu pukul 09.00 Wita yang dimulai dengan Drama Tablo. Sedangkan ibadah untuk para umat dimulai dengan 3 sesi yakni setiap pukul 15.00 Wita, 18.00 Wita, dan 22.00 Wita.

“Misal hari ini kami sengaja buat perayaan di pagi hari supaya pada jam 12.00 Wita nanti kami memberikan kesempatan untuk teman-teman muslim agar bisa mengadakan salat Jumat. Sedangkan pada sore hari kami membagi tempat parkir kami, agar teman-teman di muslim bisa mengadakan ibadah tarawih. Sehingga semuanya berjalan dengan baik,” jelas Romo Adianto saat ditemui di Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa di Jalan Kuruk Setra Kompleks Puja Mandala Nusa Dua, Bali pada Jumat (7/4/2023) siang.

Lanjutnya, hal itu juga akan berlaku pada hari Paskah pada Minggu (9/4/2023) mendatang. Pada hari Minggu, pihaknya juga akan tetap melakukan koordinasi karena umat Budha juga melakukan persembahyangan di hari Minggu.

Romo Adianto menilai cara ini juga sebagai momentum antar umat beragama untuk membangun dan juga mengembangkan toleransi. Ia juga menegaskan, hal ini sudah berjalan bertahun-tahun di Kompleks Puja Mandala Nusa Dua, baik itu perayaan besar ataupun kehidupan harian.

“Kami tetap berkoordinasi satu sama lain sehingga perayaan di Gereja Katolik, Masjid, Budha, dan Gereja Protestan agar tetap bisa berjalan dengan baik. Jadi kami saling menghargai, menghormati, dan saling mendukung satu dengan yang lain,” tegasnya.

Sementara, rangkaian Hari Paskah dijelaskan Romo Adianto dimulai sejak perayaan Hari Rabu Abu yakni umat menerima abu yang menandakan bahwa umat itu seperti abu rapuh tak berdaya dan akan mudah hilang tanpa adanya kekuatan itu sendiri.

Dilanjutkan dengan perayaan Minggu Palma dan Kamis Putih yaitu hari raya yang mengingatkan umat katolik akan peristiwa Yesus Kristus menetapkan peristiwa Beliau menyerahkan diri.

“Sedangkan hari ini kami mengenangkan Yesus yang menderita dalam arti disalib atau yang dikenal dengan Jumat Agung. Jadi apa yang kami saksikan hari ini merupakan rangkaian dari seluruh perjalanan kisah sengsara Yesus yang kami rayakan secara khusus dalam peristiwa Jumat Agung hari ini,” jelasnya.

Perayaannya pun, kata Romo Adianto akan dilanjutkan dengan Sabtu Suci pada Sabtu (8/4/2023)  yaitu para umat merayakan malam Paskah untuk mengenang Yesus Kristus yang bangkit dari kuburnya setelah mengalami kematin selama 3 hari dan akan berlanjut pada Hari Raya Paskah di hari Minggu (9/4/2023) mendatang.


Dikutip dari Nusabali

Related

Seputar Bali 7586040957680981197

Post a Comment

emo-but-icon

item