Polisi Tangkap Aksi Bullying di SD
http://www.srinadifm.com/2017/02/polisi-tangkap-aksi-bullying-di-sd.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Aksi ini biasanya dilakukan teman-teman mereka hingga korbannya takut ke sekolah. Untuk mencegah aksi itu, jajaran Polsek Nusa Penida, Klungkung, turun ke sekolah-sekolah SD untuk memberikan sosialisasi. Kapolsek Nusa Penida Kompol I Ketut Suastika telah memerintahkan seluruh Bhabinkamtibmas se-Kecamatan Nusa Penida untuk menjadi pembina upacara di masing-masing SD di desa binaannya, Senin (20/2). Dalam kesempatan itu petugas juga memberikan sosialisasi kepada siswa untuk tidak melakukan bullying.
“Bentuk-bentuk perilaku yang menunjukkan bullying bisa berupa memukul, menampar, memalak, memfitnah, mengancam, mengintimidasi, mengucilkan dan lainnya,” ujar Kapolsek Suastika. Dampak yang ditimbulkan akibat bullying, antara lain pelaku dan korban tidak bisa berkonsentrasi belajar. Pikiran pelaku lebih banyak untuk mengincar dan merencanakan tindakan berikutnya.
Sedangkan korbannya cenderung trauma hingga tak berani ke sekolah. Karena korban cemas dan takut akan menjadi korban selanjutnya. Bahkan bagi rekan korban yang melihat (saksi) akan takut menjadi korban berikutnya dan merasa bersalah karena tidak dapat melakukan apa-apa.
Lanjut Kapolsek Suastika, bullying bisa terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya, ada anak yang merasa dominan atau memiliki harga diri di sekolah dan berkarakter keras. “Bisa juga disebabkan karena pengalaman atau pola asuh yang kurang sesuai,” katanya.
Dengan disosialisasikan bullying di sekolah-sekolah, diharapkan tidak terjadi lagi kekerasan fisik dan psikis maupun seksual di sekolah-sekolah. Sehingga mental anak-anak dapat berkembang dengan baik dan dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. “Hal tersebut dilaksanakan untuk melaksanakan program terobosan kreatif Polres Klungkung yaitu polisi peduli anak,” ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, juga menemukan siswa SD yang putus sekolah karena dibullying. Hal itu ditemukan saat bedah desa di Desa Jumpai, Klungkung, Jumat (15/7/2016). Siswa yang bersangakutan, Ni Wayan S, putus sekolah sejak 3,5 tahun lalu, bocah berusia 10 tahun ini hanya menghabiskan hari-harinya di rumah. “Anak saya sampai saat ini takut ke sekolah,” ujar ibunda Wayan S, Ni Kadek S,30, kepada Bupati Suwirta.
(nusabali)