Perbankan Indonesia Disarankan Tiru 'Gaya' Fintech

Perbankan Indonesia Disarankan Tiru 'Gaya' Fintech

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali    Ekonom menyarankan perbankan di Indonesia meniru sistem perusahaan teknologi finansial (fintech) untuk menggaet nasabah di tengah kemajuan teknologi saat ini.
Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira mengatakan tingginya pengguna internet via telepon genggam menuntut perbankan untuk berinovasi dengan sistem layanan transaksi yang lebih mudah.
Terlebih, kini hadir perusahaan fintech yang perlahan mencuri pangsa pasar perbankan dengan tawaran kemudahan bertransaksi. Untuk itu, perbankan disarankan menerapkan sistem yang serupa dengan fintech.
"Perkembangan keuangan digital itu ada fintech, walau di sisi lain fintech menggerus bisnis perbankan," katanya, Jumat (6/4).
Bhima memaparkan bank dapat berkolaborasi dengan fintech menggunakan tiga cara. Pertama adalah membuat inkubasi bisnis sendiri. Cara ini tergolong murah, namun prosesnya lama denngan risiko tak semua produk rintisan (start up) dapat berhasil.
"Contohnya anak-anak muda membuat startup kalau berhasil nanti diakuisisi," terangnya.
Cara kedua, membeli fintech yang sudah jadi dan sukses, tentu dengan biaya yang harga mahal. Terakhir, dengan berkolaborasi penyaluran produk.
"Cara yang paling bagus, yaitu kolaborasi dengan channelling. Jadi ketika ada laporan kredit, bank akan menyalurkan ke sektor mikro di fintech," tuturnya.
Menurut Bhima, sistem fintech memberi beberapa keuntungan bagi nasabah. Salah satunya, berpotensi menjadi saran transaksi kredit mikro dengan batasan Rp2 miliar dengan tenor pendek. Proses pemberian pinjaman juga bisa lebih cepat.
"Bank harus berubah, fintech tidak bisa dijadikan musuh, walau menggerus konsumer banking. Cara yang paling sesuai dengan kemajuan zaman adalah berusaha berkolaborasi," tekannya.
Berdasarkan data Internet World Start per Desember 2017, Indonesia termasuk dalam negara kelima yang aktif menggunakan internet, yaitu mencapai 132,7 juta orang. Sementara 58% dari milenial atau anak-anak muda zaman sekarang menghabiskan lebih dari setengah hari untuk berinteraksi dengan internet.
"Perbankan di jaman sekarang dengan perubahan teknologi dan selera, anak-anak milenial ke bank paling hanya buka ATM atau ATMnya hilang, sisanya semua sudah pakai mobile," ucap Bhima.
Walau, ia tidak menampik, Indonesia sebagai peringkat lima pengguna internet tertinggi di dunia masih memiliki beberapa kelemahan untuk menerapkan sistem fintech di perbankan Indonesia.
Kelemahan yang pertama adalah internet di Indonesia belum merata. Menurut data Puskakom UI penetrasi pengguna internet di pulau Jawa mencapai 65 persen, sementara di Sumatra 15,7 persen, Kalimantan 5,8 persen dan Sulawesi 6,3 persen.
Selain itu, infrastruktur digital di Indonesia masih kurang memadai. Menurut data ICT Development Index 2016, Indonesia masih berada pada tingkat 115, jauh di bawah peringkat Thailand 82 dan Malaysia 61.
"Belanja riset PDB Indonesia itu Cuma 0,3 persen terhadap PDB. Jadi masih kecil, sementara Cina udah 2 persen. Pantas kita akan dibalap oleh Cina dan India karena mereka selalu melakukan inovasi.
Pemerintah juga diminta memberi aneka insentif bagi perbankan Buku 1 dan Buku 2 untuk lebih mudah melakukan penggabungan usaha, baik merger maupun akuisisi. Hal itu perlu dilakukan agar bank tidak tergilas oleh perkembangan fintech.





















sumber : CNNIndonesia.com

Related

Berita Ekonomi 2556569341274074269

Post a Comment

emo-but-icon

item