Korban Gempa Masih Tempati Tenda Penampungan
http://www.srinadifm.com/2019/01/korban-gempa-masih-tempati-tenda.html
Srinadi 99,7 FM | Radio Bali Kondisinya cukup memprihatinkan, ketika turun hujan, air masuk ke dalam tenda karena tenda sudah mulai bocor. Kini kedua KK yang merupakan ayah dan anak ini mempertanyakan kepastian bantuan dana rehab rumah.
Kedua KK masing-masing, Ketut Rentena, 54 dan Gede Sidimantra, 30 menjadi korban setelah tempat tinggalnya dalam satu pekarangan ambruk digoncang gempa yang berpusat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu (5/8) malam. Kala itu, Dadong Ni Wayan Madri 70 (ibu dari Rentena,red), yang tinggal serumah dengan Sidimantra sempat tertimbun reruntuhan bangunan, hingga dirujuk ke RS Sanglah di Denpasar untuk menjalani operasi.
Pantauan di lokasi, Minggu (20/1) siang, sejatinya keluarga Rentena sudah mulai membangun rumah di bekas reruntuhan tempat tinggalnya dulu. Bahkan bangunan itu tergolong berbiaya besar karena harus membuat dak (lantai cor,red). Rentena mengaku, itu dilakukan karena khawatir tanah di bekas rerutuhan akan longsor. Sehingga bangunan dibuat berlantai agar kedua lahan (di bawah dan di atas, red) dapat difungsikan. “Sebenarnya saya ingin menyender saja, tetapi ada teman katanya kalau senderan saja tanggung, lebih baik dibangun berlantai. Padahal saya sama sekali tidak punya uang membangun, ini semua berkat pinjaman dan bantuan teman-teman yang bersedia memberikan bahan secara kasbon (bayar belakangan,red),” ungkap Rentena.
Pembangunan sudah dilakukan hampir 3 bulan, kini tinggal pengecoran pada bagian lantai atas.Bangunan itu belum bisa ditempat selama ini. Artinya sejak bencana gempa bumi sampai sekarang, keluarga Rentena dan Sidimantra masih menempati tenda penampungan.
Ketut Rentena menempati tenda bantuan bersama istri dan dua anaknya. Tenda itu didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, sehari setelah bencana gempa bumi. Sedangkan Sidimantra tinggal bersama anak dan neneknya di bawah gubuk darurat beratap terpal. Tadinya, gubuk sementara itu beratap seng, namun karena bocor saat turun hujan, maka ditutup lagi dengan terpal. “Kalau tidak ditutup air netes ke dalam sampai kena kasur. Kalau di tenda harus pasang ember di bawah, karena bocor juga saat hujan air netes ke dalam juga,” ungkap Sidimantra.
Menurut Sidimantra, pihaknya berharap ada bantuan dana seperti bantuan dana rehab rumah untuk bisa melanjutkan pembangunan tempat tinggalnya. Karena selama ini, belum ada bantuan dana dari pemerintah yang diterima. “Kalau bantuan paket sembako pernah. Tetapi informasinya katanya dapat bantuan dana bagi korban gempa, cuma kami ini belum pernah terima. Saya sudah tanyakan ke kecamatan, tapi tidak ada hasil. Kalau memang dapat berikan kami, kalau memang tidak ya tidak masalah. Sehingga kami ini mendapat kepastian,” ujarnya.
Sementara Kepala BPBD Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Suadnyana yang dikonfirmasi terpisah menjelaskan, terhadap kerusakan akibat gempa pada Agustus 2018 lalu, sudah dikoordinasikan dengan BPBD Provinsi Bali. Kala itu masing-masing kabupaten/kota melaporkan tingkat kerusakan yang terjadi untuk diteruskan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Apalagi kerusakan akibat gempa yang menimpa korban dua KK di Kelandis, Pakisan di atas Rp 5 juta, sehingga penanganan lebih lanjut dilaporkan ke BNPB. Dikatakan pula, terhadap tenda darurat yang dipasang untuk dua KK korban gempa di Kelandis, sejauh ini masih diperlukan sehingga belum bisa diambil. Tenda itu pun diberikan oleh BPBD Provinsi Bali. “Sepanjang masih diperlukan, tidak masalah tenda itu dilokasi. Nanti kami akan koordinasikan lagi dengan BPBD Provinsi Bali,” kata Suadnyana.
sumber :nusabali.com