Pose Mayat "Merasuki" Dunia Fotografi

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali - Ada yang berbeda dari penampilan Miley Cyrus saat pemotretan untuk sebuah produk fesyen, beberapa waktu lalu. Kali itu ia tidak menampilkan citra dirinya yang kontroversial. Tak ada pakaian seksi dan terbuka. Lidahnya pun tak terjulur nakal.
Miley tampak berkarakter saat ia duduk di sebuah padang pasir. Tatapannya muram. Seorang perempuan berdiri di belakangnya, dan seorang lagi terbujur kaku di sampingnya. Posisinya terlentang. Rambut panjang perempuan itu menutupi wajahnya.
Ketiga perempuan itu hadir dengan kostum gelap. Riasan dan ekspresinya seram. Hanya ada sinar pucat rembulan yang menerangi. Meski sederhana, kesan yang bisa ditangkap dari foto itu cukup kuat.
Sebelumnya, sampul majalah Entertainment Weekly menampilkan pose foto yang tak jauh berbeda. Ben Affleck meringkuk di sebuah meja operasi besi, sambil memeluk seorang wanita pucat yang terbujur kaku dengan mata terbelalak. Label mayat terikat di kaki wanita itu.

Ternyata, pose mayat bukanlah hal baru di dunia fotografi. Mengutip laman Guardian, sudah bertahun-tahun lalu iklan produk fesyen, kampanye kekerasan seksual, maupun sampul majalah memuat "mayat-mayat" perempuan cantik.
Contoh lainnya, saat majalah Vice mengusung tema mode Women in Fiction. Beberapa penulis yang meninggal karena bunuh diri, ditampilkan. Di antaranya: penyair Sylvia Plath berlutut di depan oven, pengarang Virginia Wolf berdiri menggenggam batu besar, dan Dorothy Parker pendarahan. Seluruh kredit mode tertera lengkap di bawah gambar-gambar itu.
Tahun 2006, Jimmy Choo menampilkan wanita pingsan di bagasi mobil. Ada seorang pria berkaca mata hitam duduk di sampingnya membawa sekop.
Setahun setelahnya, majalah W menampilkan fashion story dengan seorang model yang tampak berbeda di tiap potongan foto. Ada kalanya ia pingsan, hampir telanjang, dan dengan tangan tak bernyawa memegang boneka beruang.
America’s Next Top Model bahkan pernah meminta para kontestannya berpose seolah-olah mereka baru saja dibunuh. Mereka mencoba berbagai cara: ditusuk dengan brutal, terjun dari gedung tinggi, sampai tubuh penuh memar. Tapi semua dikritik karena mereka kurang terlihat seperti mayat.
Sedalam itulah kira-kira mayat-mayat “merasuki" dunia fotografi. Perempuan yang pasif, dianggap menguarkan aura seksual tersendiri, sangat bergaya, dan sangat laku. Kelemahan dan kerentanan mereka justru menjadi karakter tersendiri yang banyak dicari.
Mereka seperti manekin yang bisa dikenai busana semaunya. Riasan dan produk fesyen lain seakan makin menonjol dalam kulit pucat dan pose kaku mereka. Mengutip Guardian, tren itu berkaitan erat dengan stereotip seksual di masing-masing negara.
Misalkan jika budaya di suatu negara menganggap wanita adalah makhluk pasif dan rentan, maka jelas sudah: sesosok mayat wanita akan menjadi daya pikat luar biasa. 
 
Dikutip dari : viva.co.id

Related

Luar Negeri 1399056889720796729

Post a Comment

emo-but-icon

item