Ini Lokasi yang Dipilih Pemprov Bali Sebagai Jaringan Smart City

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali -  Pemerintah Provinsi Balimemastikan memilih dua titik lokasi dari sepuluh titik lokasi jaringan smart city yang akan dibangun oleh Telkom Indonesia.
Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi Bali, Jayadi Jaya mengatakan, dua titik yang nanti pasti dipilih, yakni akan dibangun di Gedung Kantor Pemprov Bali, dan RS InternasionalBali Mandara.
"10 titik smart city ini belum kita tentukan. Yang sudah diarahkan Pak Gubernur, satu di kantor gubernur, dan satunya lagi di RS Internasional Bali Mandara. Mungkin hanya 2 itu yang baru positif, untuk yang lain kita melihat mana manfaat yang paling maksimal ditempatkan," jelasnya sesudah audiensi antaraGubernur BaliMade Mangku Pastika dan Telkom Indonesia, diRenonDenpasar, Senin (15/8/2016).
Dikatakannya, jaringan smart city berupa microcell yang merupakan jaringan wifi dengan signal radius 100-200 meter yang bisa diakses bebas oleh masyarakat Bali.
Dijelaskannya, Bali termasuk dari 71 daerah di Indonesia yang dipasangi jaringan smart city.
Jaringan smart city ini dijelaskannya menggambarkan suatu kondisi di mana sebuah kota, di dalamnya itu sudah mengimplementasikan ada tujuh pondasi penerapan tekonologi diantaranya ada smart education, e-perpustakaan, e-pembelajaran, smart government, Information dan Communication Technology (ICT), free wifi, dan e-government.
"Bali termasuk 71 dari daerah di Idonesia, Smart City Nusantara termasuk di dalamnya e-goverment, ICT, e-perpusatakaan, lontar digital juga ada di Disbud Bali, jaringan wifi sudah free wifi di beberapa titik. Ini intinya masyarakat bisa mengakses internet di manapun berada, itu kriteria smart city," ujarnya.
Dikatakannya, Pemprov Bali memiliki visi untuk membuat smart island karena dari segi teknologi tidak ada batas wilayah.
Adapun jaringan smart city ini akan dihibahkan oleh pihakTelkom Indonesia kepada Pemprov Bali.
Ia mengatakan, jaringan smart city ini berbentuk seperti lampu penerangan jalan, dan 10 titik lainnya akan dibangun di lahan aset Pemporv Bali.
"Nggak ada nyebut angka (investasi, Red), 10 akan dihibahkan dibangun cuma-cuma, gratis. Nanti dibangun di mana itu istilahnya acces point. Bentuknya seperti lampu jalan, tingginya se-lampu penerangan jalan mungkin lebih rendah sedikit. Nanti kita akan bahas lebih lanjut di mana saja yang lainnya dipasang," jelasnya.
GM Local Goverment Sercice Telkom Indonesia, Yanto Setiawan mengatakan, Bali akan menjadi satu di antara daerah penerapan Jaringan Smart City di Indonesia, dan kota di Bali yang terpilih adalah Denpasar dan Badung dari 71 kota lainnya di tanah air.
Jaringan yang dibangun tersebut nantinya akan memberikan manfaat di antaranya 10 titik akses point yang bisa dipergunakan secara bebas oleh masyarakat, dan lokasinya bisa ditentukan di daerah-daerah fasilitas publik.
Dikatakannya, melalui jaringan ini bisa melakukan analisa yang bisa memberikan informasi bagi pemerintah terkait opini-opini yang sedang menjadi trend yang dibahas di dunia medsos.
"Telkom pun akan bekerja sama dengan perpustakaan-perpustakaan daerah, sebagai tempat untuk mengakses 1.000 buku digital milik Telkom bagi masyarakat. Komunitas Smart City Nusantara dari berbagai daerah Smart City dan memungkinkan mereka bisa berbagi informasi tentang daerahnya, dan buku digital," jelasnya.
Adapun Gubernur BaliMade Mangku Pastika mendukung pembangunan jaringan smart city di Bali yang menjelaskan bahwa penggunaan media elektronik merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam transaksi perdagangan.
Bali yang tergantung dari sektor pariwisata sebagai penghasil PAD tertinggi, pun harus didukung oleh instansi publik yang mengikuti kemajuan teknologi informasi, namun harus tetap efisien dan bijaksana dalam penggunaannya.
Hal ini untuk mendukung penyebaran informasi, promosi dan pemasaran objek wisata.
“Ini peluang bagus, agar kita bisa mengambil manfaat dari kemajuan era digital. Instansi publik harus bisa mengikuti kemajuan teknologi dan harus efisien. Dengan adanya jaringan ini, yang sudah merasa hebat sekarang, saat bisa mengakses informasi, akhirnya jadi tahu mungkin saja daerah lain memiliki inovasi yang lebih baik,” ujar Pastika.
Walaupun begitu ia mengingatkan di satu sisi pemasaran yang terlalu bebas, terutama melalui aplikasi medsos memungkinkan terjadi transaksi yang tidak menghasilkan pendapatan bagi daerah.
Hal ini dicontohkan adanya aplikasi yang memungkinkan para penggunanya bisa berbagi tempat hunian sementara bagi pengguna aplikasi lainnya yang sedang berwisata ke daerah si pemilik hunian, yang tentunya tempat hunian tersebut tidak dikenakan pajak.
“Sekarang ini dengan kemajuan teknologi bisa memasarkan akomodasi pariwisata dengan bebas, dan mungkin saja tidak bisa dikenakan pajak. Harusnya dengan ada orang dagang, dibantu fasilitasi pemasaran, dan tetap ada pemasukan bagi pemerintah daerah,” jelasnya. 

Dikutip dari TribuneBali

Related

Seputar Bali 6327586646168538427

Post a Comment

emo-but-icon

item