Jangan Coba-coba Salah Gunakan Obat, Ini Hukumnya Menurut Agama

Jangan Coba-coba Salah Gunakan Obat, Ini Hukumnya Menurut Agama

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali   Obat sejatinya bisa menjadi penyembuh untuk penyakit. Penemuan obat telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama beribu tahun. Dewasa ini, obat semakin jamak ditemukan dengan beragam merek dan juga cara penyajiannya. Ada yang disajikan dalam jenis herbal (alami) ada juga yang berasal dari zat kimiawi.

Sayangnya, tujuan diciptakannya obat tercoreng oleh aksi penyalahgunaan. Obat yang seharusnya dikonsumi untuk meringankan maupun menyembuhkan penyakit malah dibuat untuk tujuan lain, yakni mabuk-mabukan. Untuk tujuan ini obat dengan kandungan tertentu dikonsumsi dengan melebihi dosis agar menimbulkan efek-efek tertentu.

Efek yang didapat dari penyalahgunaan ini biasanya agar memberikan sensasi melayang, bebas, dan sebagainya seperti mengonsumsi minuman beralkohol.

Dari segi tinjauan agama, menyalahgunakan obat-obatan hukumnya adalah haram. Hal itu diungkap oleh Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI, Masduki Baidlowi. Ia mengatakan obat halal dikonsumsi selama dengan tujuan untuk menyebuhkan penyakit. Namun jika sebaliknya, maka itu telah menyalahi ketentuan ajaran agama.

"Karena memang tujuan dibuatnya obat adalah untuk meyembuhkan penyakit dan itu sesuai dengan ajaran agama. Karena agama Islam mengajarkan setiap penyakit itu pasti ada obatnya, maka janganlah berputus asa dengan penderitaan oleh sebab penyakit. Karena Allah pasti akan memberikan cara-cara penyembuhannya, baik berupa herbal atau obat kimia," kata Masduki.

Lebih lanjut dia menjelaskan, jika obat yang harusnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan disalahgunakan dengan diperbanyak jumlahnya, atau dicampur dengan bahan atau zat-zat tertentu, itu berarti telah menyalahi prinsip dasar ajaran agama.

"Itu dia sudah tidak menggunakan obat sebagaimana mestinya tapi sudah menyalahgunakan obat tersebut untuk kepentingan yang sifatnya tidak diajarkan oleh agama. Jadi haram hukumnya," lanjutnya.

Dia menambahkan, karena bersifat merugikan pada diri sendiri, maka hukum dari penyalahgunaan obat itu sendiri sama seperti minuman keras. Mengonsumsi hal-hal yang dilarang oleh agama dengan sendirinya telah ditolak kehalalannya.

Untuk obat-obatan di zaman dahulu, Masduki mengatakan di dunia Islam telah populer melalui seorang filsuf yang juga seorang tabib atau dokter bernama Ibnu Sina. Bahkan, Ibnu Sina menjadi teladan bagi dunia kedokteran modern saat ini.

Adapun sebagai pencegahan dari penyalahgunaan obat, peran agama sangat penting hadir dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Agama dalam keluarga bisa menjadi cara untuk menerapkan pendidikan berkarakter. Jika terlaksana dengan baik, maka seorang anak bisa memiliki mental yang kuat ketika dihadapkan pada kondisi lingkungan yang negatif.

Selain itu dia juga mencontohkan bagaimana peran orang tua, guru, dan orang-orang di lingkungan sekitar bisa menjadi pengaruh terhadap penerapan pendidikan karakter pada seorang anak.

"Lewat pendidikan karakter contohnya bagaimana nilai agama jadi pendidikan agama. Paling gampangnya itu keteladanan dari orang tua, dari guru, dan lingkungan sosial, karena lingkungan sosial itu bisa menjadi modal sosial yang baik untuk membangun karakter seseorang. Itulah cara kita untuk menghindari hal-hal yang negatif," pungkasnya.

Sementara itu produsen obat batuk KOMIX, PT Bintang Toedjoe, menjelaskan beberapa bahan yang terkandung di dalamnya adalah aman untuk dikonsumsi. Kandungan yang terdapat pada obat batuk KOMIX adalah Dextromethorphan HBr 15 mg, Guafenesin 100 mg dan Chlorpeniramin maleat 2 mg.
Selama dikonsumsi sesuai dosis, Dextromethorpan Hbr bekerja sebagai antitusif yang aman dan efektif untuk menekan batuk langsung pada pusat batuk di bagian medula otak. Dextromethorphan Hbr tidak mengganggu aktifitas dari silia di mukosa saluran nafas.
"Dextromethorphan diabsorbsi di saluran cerna setelah 15-30 menit dikonsumsi dan lama kerjanya bisa bertahan sekitar 3-6 jam sesuai dosis yang dianjurkan. Metabolisme terutama terjadi di hepar, dan metabolitnya diekskresikan melalui ginjal. Sedangkan Guafenesin berperan selain berfungsi sebagai ekspektoran, obat ini juga memperbaiki pembersihan mukosilier, sedangkan Chlorpeniramine Maleat sebagai antihistamin & antialergi," demikian dalam keterangan tertulis dari Sumarwoto, Senior Brand Manager PT Bintang Toedjoe.




























sumber : CNNIndonesia.com

Related

Gaya Hidup 2781243133282277921

Post a Comment

emo-but-icon

item