China Kecam Pembukaan 'Kedutaan' AS di Taiwan

China Kecam Pembukaan 'Kedutaan' AS di Taiwan

Srinadi 99,7 FM | Radio Bali    China memprotes pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Taiwan. American Institute in Taiwan (AIT), de facto Kedubes AS di Taipei, resmi dibuka, Selasa (12/6). Peresmiannya dihadiri para diplomat AS dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

"Amerika Serikat mengirim pejabat ke Taiwan dengan alasan apa pun merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip 'satu China'," kata Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Selasa (12/6). 

"Hal ini mengganggu urusan internal China dan berdampak negatif terhada hubungan China-AS."


"Kami mendesak AS untuk mematuhi janjinya kepada China dan memperbaiki kesalahannya untuk menghindari rusaknya hubungan China-AS dan perdamaian di Selat Taiwan."
China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya yang memberontak, meski pulau itu memiliki pemerintahan sendiri.

Dalam pidato pembukaanya, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Pendidikan dan Kebudayaan, Marie Royce menggambarkan gedung lima lantai yang luas, yang menelan biaya sekitar US$255 juta (kurang lebih Rp3,5 triliun) sebagai lebih dari sekadar batu-bata dan mortir.

"Rumah baru AIT adalah simbol nyata yang mencerminkan kuatnya hubungan kita, dan fasilitas seni akan memungkinkan kerja sama yang lebih besar di masa mendatang," kata Royce seperti dilansir CNN, Rabu (13/6).

Seperti kebanyakan negara di dunia, AS resmi berpegang pada kebijakan "Satu China", mengakui Taiwan menjadi bagian dari China dan mempertahankan hubungan diplomatik formal hanya dengan Beijing. 
Meski begitu, Taiwan merupakan sekutu Amerika yang penting di kawasan tersebut. Di bawah Presiden Donald Trump, hubungan tak resmi antara AS dan Taiwan semakin kuat.

"Sebagai negara demokratis yang bebas dan terbuka, kami berkewajiban untuk bekerja sama guna mempertahankan nilai-nilai dan melindungi kepentingan bersama kita," kata Presiden Taiwan Tsai pada upacara pembukaan.

"Selama kita bersama, tidak ada yang bisa terjadi di antara kita."

Terlepas dari kecaman China, AS terus menjual senjata canggih kepada Taiwan, di bawah Undang-undang Hubungan dengan Taiwan, untuk mempertahankan diri dari militer China yang jumlahnya jauh besar. 
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Trump juga membuat marah Beijing dengan memberi wewenang kepada produsen AS untuk menjual teknologi kapal selam ke Taiwan. AS juga memberlakukan Undang-undang Travel Taiwan yang mendorong kunjungan resmi antara AS dan Taiwan.

Sejarah yang Rumit

China dan Taiwan secara resmi berpisah pada 1949 pasca kemenangan Partai Komunis dalam perang saudara.

Kedua negara tersebut memiliki pemerintah yang berbeda walaupun, warisan budaya dan bahasa sebagian besar sana, Bahasa Mandarin merupakan bahasa resmi di kedua tempat.

Ada sentimen pro-kemerdekaan yang kuat di dalam partai yang berkuasa di Taiwan sekarang, pimpinan Tsai. Hal ini mendorong Beijing memperkuat pendiriannya dan menekankan ancamannya untuk merebut kembali pulau itu dengan paksa jika perlu.
Presiden China Xi Jinping, bersumpah untuk menjaga "setiap sentimeter dari wilayah negara kami," dan memerintahkan latihan militer di sekitar Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. 

Latihan militer yang termasuk merupakan latihan menembak secara langsung, Pesawat induk China yang selalu melalui Selat Taiwan, dan mengirim para tentaranya dan pembomnya untuk "patroli pengepungan."

Dengan kekuatan ekonomi dan politiknya yang meningkat pesat, China juga meraup keberhasilan lebih besar untuk mengambil alih Taiwan, karena kurang dari 20 sekutu diplomatik Taiwan kebanyakan negara kecil dan miskin di Pasifik dan Karibia.
Burkina Faso dan Republik Dominika mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing pada bulan lalu. Hal ini membuat marah Tsai dan menuduh Cina melakukan "diplomasi uang." Perpindahan yang dilakukan Burkina Faso membuat Taiwan terpukul sangat keras, sehingga hanya Swaziland sebagai satu-satunya sekutu dari Afrika.

"Penindasan China hanya akan membuat kemitraan Taiwan di masyarakat internasional semakin dekat," kata Tsai bulan lalu. "Kami tidak akan pernah menyerah."













































sumber : CNNIndonesia.com

Related

Dunia 6856459172037485325

Post a Comment

emo-but-icon

item